Militer yang telah menjadi salah satu pilar terpenting bagi suatu sistem pemerintahan sebagai relawan yang siap akan menyerahkan hidupnya untuk memperbaiki ketidak aturan yang terjadi pada wilayah kekuasaannya.
Kisah Legiun Mangkunegaran sangat menarik untuk dipelajari. Sebelum dibentuk pasukan ini, Indonesia sebetulnya sudah punya pasukan yang siap bertempur tapi tidak dibekali pelatihan militer mumpuni.
Legiun Mangkunegaran adalah pasukan elit militer Indonesia yang merupakan warisan atau hasil pendidikan langsung dari Napoleon Bonaparte. Seperti apa kiprahnya hingga diabadikan di kompleks Pura Mangkunegaran Surakarta, berikut kisahnya.
Sejarah dan Kisah Legiun Mangkunegaran
Pasukan elit yang pernah dimiliki Nusantara ini dibentuk oleh Kanjeng Gusti Adipati Aryo (KGPAA), Raja Mangkunegara II Surakarta. Kiprahnya sendiri dimulai pada tahun 1808 sampai tahun 1942 Masehi. Tapi sebenarnya bibit-bibit dari pasukan ini sudah ada jauh sebelum itu yaitu pada masa KGPAA Mangkunegara I. Jadi sejak masa perjuangan Pangeran Sambernyawa sudah ada embrio ksatria-ksatria pemberani yang kemudian bergabung dalam satu kesatuan.
Pangeran Sambernyawa sendiri melewati masa perang gerilya yang cukup panjang. Setelah selesai masa peperangan tersebut Pangeran Sambernyawa didaulat sebagai Adipati di Pura Mangkunegaran, tepatnya tahun 1757. Meski sudah berkuasa sebagai Mangkunegara I, konsolidasi terhadap pasukan militer yang pernah dibentuknya tetap berjalan. Semua yang masih setia dan berhubungan baik dimasukkan ke dalam satuan militer Praja Mangkunegaran.
Terdapat setidaknya 12 kesatuan pada masa itu. Semua personel dari 12 kesatuan ini memiliki pengalaman perang gerilya. Seiring perkembangannya terjadi penambahan sebanyak 22 unit infanteri, artileri serta kavaleri. Masing-masing unit terdiri dari 44 orang. Kesatuan ini kemudian menjadi awal mula kisah Legiun Mangkunegaran. Regenerasinya terus terjadi secara aktif hingga masa kekuasaan Mangkunegara II di Surakarta.
Semua personel prajurit berlatih di Soldat Sekul yang tergabung dalam unit infanteri, artileri maupun kavaleri. Pembentukan pasukan militer elit ini dilakukan seiring dengan kedatangan Willem Daendels di Batavia. Willem Daendels adalah seorang Gubernur Jenderal Belanda yang menjabat pada tahun 1808-1811. Pendanaan prajurit elit ini sendiri juga berasal dari pemerintahan Belanda di bawah kekuasaan Napoleon Bonaparte.
Napoleon Bonaparte adalah kaisar sekaligus pemimpin militer dan politik Prancis yang populer selama Perang Revolusioner. Inilah awal mula kisah Legiun Mangkunegaran disebut sebagai warisan Napoleon Bonaparte di Jawa.
Pasukan Modern Pertama di Indonesia
Banyak pakar sejarah juga menyebutkan bahwa pelatihan militer prajurit tanah Jawa ini langsung dipimpin oleh Napoleon Bonaparte. Hal ini cukup beralasan sebab cara berperang dan sisi kemiliterannya mirip dengan pasukan Grande Armee. Grande Armee adalah pasukan militer darat paling kuat pada masa kepemimpinan Napoleon Bonaparte. Tidak heran jika kemudian kisah Legiun Mangkunegaran jadi begitu melegenda kekuatan serta kehebatannya.
Prajurit kebanggaan tanah Jawa ini memiliki markas di sisi Timur Pura Mangkunegaran. Pelatihannya terpusat di Soldat Sekul yang merupakan sekolah militer dengan peralatan sangat lengkap. Dalam pelatihan militer setiap personel diajarkan agar mahir dalam menggunakan berbagai macam senjata. Mulai dari senjata ringan, senjata api, senjata tajam, sampai senjata berat. Setiap prajurit juga diberikan pelatihan untuk bisa memiliki mobilitas tinggi menggunakan kuda.
Prajurit yang sebelumnya memiliki pengalaman bergerilya tetap diberikan pelatihan untuk bisa bergabung dalam perang jangka panjang. Dari pelatihan yang kompleks, lengkap baik dari teknik maupun strategi inilah kisah Legiun Mangkunegaran dikenal sebagai pasukan modern. Dikatakan sebagai pasukan modern sebab sudah menyatukan unsur infanteri, kavaleri dan artileri. Satuan infanteri sering terlibat dalam perang jarak dekat. Satuan ini mampu berjalan jauh hanya menggunakan kaki dan mahir menggunakan senjata ringan.
Sementara kavaleri adalah satuan yang sudah dibekali kemampuan untuk mengoperasikan dan kendaraan (pada saat itu menggunakan kuda). Satuan kavaleri punya kemampuan perang mekanis serta operasi cepat. Unit Artileri tugasnya mengoperasikan senjata berat, seperti meriam dan mortar. Satuan ini mendukung tembakan dari jarak jauh kepada musuh pada saat perang. Ketiga unsur ini kemudian dikembangkan dalam pembentukan tentara modern sampai sekarang.
Kekuatan Legiun Mangkunegaran yang Melegenda
Pada masa aktifnya yaitu 1808-1942 Masehi, legion ini memiliki total personnel 1.150 orang. Terbagi dalam 3 beberapa bagian yaitu 800 orang satuan infanteri, 100 prajurit penyerbu, 200 satuan kavaleri, 50 prajurit meriam atau “rijdende artileri”.
Pada masa itu pasukan modern ini menggunakan persenjataan khas Jawa hingga senjata Eropa. Diantaranya keris, tombak, pedang, belati, hingga senapan pistol. Struktur dalam kesatuan ini juga sudah modern seperti yang kita kenal dalam militer saat ini.
Kisah Legiun Mangkunegaran sejak dulu sudah terdiri dari struktur lengkap. Diantaranya adalah 2 perwira berpangkat mayor, 4 orang letnan, 9 kapten, 8 letnan tua dan juga 8 letnan muda. Di bawahnya adalah 32 sersan, 62 kopral, 900 flankier, 200 dragoon serta 50 steffel.
Pasukan elit ini mengukir sejarah dalam berbagai pertempuran. Seperti perang di Asia tahun 1811, perang Bangka tahun 1819-1820, perang Jawa 1825-1830, Aceh 1873-1904. Pasukan ini bahkan ikut serta menghadapi Jepang tahun 1942.
Sejarah mencatat betapa pasukan elit ini memiliki kekuatan dan strategi mumpuni hasil didikan gaya Eropa. Anda bisa merunut kembali kisah Legiun Mangkunegaran di Pura Mangkunegaran Surakarta.